09 Oktober 2011

Friendship

Saya pernah menyinggung sedikit mengenai pertemanan dalam catatan terdahulu di bulan Juli lalu yang berjudul 'Kebersamaan'.
Bahwa karena kebersamaan di salah satu tempat dalam waktu tertentu, bisa membuat orang-orang jadi berteman. Banyak yang setelah berpisah dari kebersamaan tersebut otomatis juga jadi tidak berteman lagi, bahkan yang ekstrim mungkin juga akan saling melupakan dalam waktu yang tidak lama. Untuk yang lebih umum, akan tetap saling mengingat dan berteman, walaupun intensitas komunikasinya berkurang jauh. Yang lebih istimewa adalah mereka yang setelah terpisah dari satu komunitas, tetap melanjutkan pertemanan baik mereka kemanapun mereka melangkah. Dalam arti intensitas pertemuan, percakapan, bahkan bobot hal yang diperbincangkan pun tidak berubah.

Hubungan pertemanan itu sendiri ada banyak typenya. Ada sahabat, ada teman baik, ada teman dekat, ada teman nongkrong, ada teman lama, ada juga type yang lebih detail menjelaskan dimana mereka memulai pertemanan mereka; teman paduan suara, teman kursus, teman kampus, teman kantor. Diantara semuanya itu banyak yang berstatus sebagai 'teman biasa'. Karena untuk kategori teman dekat, teman baik dan sahabat, pastinya secara emosional pertemanannya berbeda dengan teman-teman biasa yang termasuk dalam berbagai type teman itu.

Mungkin saja teman baik dan sahabat kita adalah teman yang dulunya teman sekolah; atau teman paduan suara; atau teman kursus, bahkan mungkin temannya teman kantor kita, yang akhirnya menjadi teman baik kita.
Karena hubungan seperti itu memang tidak ditentukan dari kuantitas pertemuan atau kebersamaan kita dengan teman tersebut. Sekalipun jumlah pertemuan tidak sampai 5x dalam setahun, hubungan pertemanan yang sudah mencapai tahapan tersebut tetap tidak akan lekang oleh waktu.

Dilain sisi, pertemanan yang jumlah pertemuannya bisa setiap hari atau setiap minggu, atau seminggu dua kali, itu pun tidak lantas secara otomatis dinobatkan bahwa mereka bersahabat, walau tidak menutup kemungkinan memang bahwa akan tercipta hubungan teman baik dan persahabatan dari sini.

Banyak orang tidak percaya hubungan persahabatan antara laki & perempuan. Tapi saya percaya. Bukan berarti tidak akan ada godaan untuk menjadikan hubungan persahabatan itu menjadi hubungan kekasih. Saya yakin akan ada satu saat (atau bahkan mungkin lebih dari satu kali) dimana tumbuh perasaan sayang yang berbeda yang memungkinkan hubungan persahabatan itu menjadi kekasih. Banyak contoh membuktikan. Namun keinginan untuk menjaga persahabatan itu sehingga menahan hubungan tidak melangkah menjadi sepasang kekasih, juga ada ditemukan. Bukan karena perbedaan status, perbedaan agama, atau mungkin perbedaan umur yang membuat mereka memilih tetap bersahabat, karena sesungguhnya segalanya telah lancar kalau pun mereka memutuskan untuk menikah. Yah, walaupun tidak banyak bisa ditemukan contoh kasus seperti ini. Namun saya ingin mematahkan anggapan umum bahwa tidak akan mungkin terjalin persahabatan antara laki-laki dan perempuan.

Persahabatan memang tidak akan terjadi secara instant, tidak seperti teman dekat. Seorang bisa dengan mudah mendapatkan teman dekat saat ia masuk ke dalam satu tempat atau komunitas baru. Namun apakah teman dekat ini lantas dapat dikatakan sahabat? Tidak, menurut saya. Mereka harus melalui ujian yang hasilnya hanya bisa ditentukan oleh waktu.

Mudah mendapatkan teman dekat dari antara 'teman-teman biasa' kita. Tapi mendapatkan sahabat, apalagi sahabat sejati dimana kita bisa benar-benar saling mengerti dan mendukung satu sama lain, hmmm...., hanya proses yang bisa menghasilkannya.. Proses yang tidak mudah dilalui. Mereka yang bersahabat, bohong besar kalau tidak pernah terjadi pertengkaran hebat diantara mereka. Mereka yang bersahabat, pasti pernah saling marah, bahkan mungkin sempat saling membenci, saling mengutarakan perasaan tidak dalam nada suara yang baik, bahkan mungkin saling memarahi. Bagaimana mereka menyelesaikan, belajar dari situasi dan tetap saling mengerti setelah menyelesaikan pertengkaran (-pertengkaran) hebat itulah yang memproses mereka menjadi sahabat. Teman boleh ribuan orang; teman dekat bisa puluhan atau mencapai seratus orang; namun teman baik atau sahabat tidak akan banyak jumlahnya sepanjang umur hidup manusia.

Berbicara mengenai pertemanan, saya pribadi adalah seseorang yang berpendirian bahwa 'Saya TIDAK harus berteman dekat dengan semua orang'. Mungkin terdengar sombong ya..?? Tapi saya menganggap, jika saya memaksakan diri berteman dengan orang yang misalnya negative thingking selalu; orang yang tidak bisa membawa pengaruh positif pada saya; saya akan mengalami kemunduran kepribadian. Mungkin saya memang egois, maaf kalau begitu. Saya sadar bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun jika saya bertemu orang yang sifat jeleknya kebetulan banyak yang tidak bisa saya tolerir, saya akan secara otomatis membatasi diri untuk tidak terlibat terlalu dekat dengan orang itu secara emosional. Tidak menutup kemungkinan saya akan bisa jalan bareng beramai-ramai (saya tidak akan pernah mau jalan berduaan saja), namun saya tetap tidak akan pernah menganggapnya lebih dari seorang teman biasa.

Baru saja saya mendapatkan nice quote, yang katanya merupakan salah satu ajaran Sidharta Gautama: An insincere and evil friend is more to be feared than a wild beast; a wild beast may wound your body, but an evil friend will wound your heart. Bukan berarti saya lebih memilih bertemu binatang buas daripada bertemu teman-teman saya. Namun quote ini mengingatkan saya kembali, bahwa memang tidak mudah menjadi seorang teman, apalagi jika menjadi seorang teman dekat, teman baik atau sahabat.. Karena banyak kali justru terjadi, teman dekat atau teman baik, karena perbedaan kepentingan suka tanpa sadar (atau sadarkah?) saling menyakiti. Dengan melakukan tindakan yang kita tahu membuat teman baik kita kesal, itu bisa disebut menyakiti, bukan? (Untungnya saya memang bukan orang yang termasuk cepat mengaku-ngaku sebagai teman dekat/teman baik/sahabat seseorang).

*nov21,'09~10.15pm*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar