24 April 2012

Pandangan Mata Burung

saduran dari email - too good not to be shared of...


Minggu pagi, seorang Ibu sudah bangun sejak pagi sekali dan mendandani
anak-anak untuk siap pergi ke gereja. Seorang Ayah duduk di ruang keluarga,
membaca koran dan melihat salju turun.

Mereka telah berdiskusi sebelumnya, tetapi tidak ada perubahan.
"Kenapa kamu tidak pergi bersama kami minggu ini ?" sang Ibu bertanya. Sang
Ayah tidak mengalihkan pandangannya dari koran.

"Engkau tahu kenapa," jawabnya keras dan kemudian sang ayah melanjutkan
dalam pikirannya sendiri "Lagipula Allah yang sungguh besar itu tidak peduli
dengan manusia yang lemah".

Laki-laki ini melanjutkan argumen dalam pikirannya, "Jika Allah begitu
sempurna dan besar, kenapa Dia harus begitu repot untuk menolong kita? Jika
Allah begitu berkuasa, kenapa Dia harus membuat AnakNya menjadi manusia
hanya untuk menyelamatkan kita? Kenapa Dia harus begitu direndahkan untuk
menolong kita... kalau Allah sungguh-sungguh besar.."

Rumah itu sunyi tanpa suara kecuali bunyi kayu yang sedang terbakar di
perapian. Tiba-tiba dari sisi rumah terdengar suara tumbukan aneh.

Laki-laki itu meletakkan koran dan berjalan menghampiri sumber suara. Diluar
jendela  tampak serombongan burung. Dalam kebingungan dan ketakutan, mereka
terbang menubruk kaca jendela dan terjatuh ke tanah.

Mereka berkumpul menjadi satu, saling merapatkan diri di salju dan
seolah-olah  mencoba melakukan sesuatu. Laki-laki ini merasa kasihan
terhadap burung-burung yang kedinginan itu. Dia berpikir, "Burung-burung ini
dapat pergi ke lumbung dan menghangatkan diri di
sana."

Jadi ia pergi keluar dan membuka pintu lumbung. Kemudian ia menunggu dalam
cuaca beku. Burung-burung itu tidak bergerak.

"Aku tahu, aku akan menggiring mereka ke pintu lumbung," pikir laki-laki
ini. Tetapi ketika ia mencoba menggiring gerombolan burung itu ke pintu
lumbung, burung-burung itu malah berpencaran ke segala arah. Hanya setelah
ia membiarkan mereka  tanpa diganggu burung-burung itu kembali berkumpul
rapat menjadi satu di salju.

Laki-laki ini punya satu rencana terakhir. Ia kembali ke rumah dan membawa
sepotong roti. Dengan hati-hati, ia menyobek roti dan membuat jalan menuju
pintu lumbung dengan potongan-potongan kecil roti. Tetapi burung-burung itu
semakin merapatkan diri mereka, kedinginan, dan mengabaikan tawaran yang
akan memberi kehidupan dari laki-laki itu.

Bigung dan lelah, laki-laki itu berdiri memandang burung-burung tersebut,
terus berpikir bagaimana caranya supaya mereka dapat selamat. Dia berpikir,
"Kalau saja aku dapat menjadi salah satu burung dan kemudian memimpin mereka
supaya selamat, maka mereka tidak perlu mati."

Ia terdiam dan berpikir tentang hal itu lagi. Dan akhirnya ia mengerti.

"Dan sama seperti Musa meninggikan ular di
padang gurun, demikian juga Anak
Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini,
sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang
yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia,
melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia." Yohanes 3:14-17


Tidak ada komentar:

Posting Komentar