copied from email received..
Pada suatu ketika hiduplah seorang
penatah batu. Setiap hari ia pergi ke gunung-gunung untuk menatah batu.
Meskipun ia adalah orang miskin, ia tidak menginginkan lebih daripada yang ia
miliki sehingga ia tidak merisaukan dunia.
Suatu hari ia dipanggil untuk
bekerja pada suatu rumah besar seorang bangsawan. Ketika ia melihat keindahan rumah
itu, ia berkata sambil menghela nafas panjang,
"Seandainya saja saya kaya!
Saya tidak harus mencari nafkah dengan susah payah dan mengeluarkan keringat
seperti sekarang."
Sekonyong-konyong terdengar suara,
"Keinginanmu dikabulkan.
Mulai sekarang keinginan apapun yang kaupunyai akan dikabulkan."
Ternyata itu benar. Ketika ia
kembali ke pondoknya, ia menjumpai suatu rumah besar seindah rumah di mana ia
bekerja selama ini.
Maka ia berhenti bekerja sebagai
penatah batu dan mulai menikmati hidup sebagai orang kaya.
Suatu hari ketika hawa sore begitu
panas dan lembab, ia melihat keluar lewat jendela rumah dan melihat raja lewat.
Ia berpikir, "Saya ingin menjadi raja, duduk dalam kereta kerajaan yang
sejuk."
Keinginannya segera terkabul.
Duduklah ia bersandar dalam kemewahan kereta kerajaan. Akan tetapi kereta itu
lalu menjadi lebih panas daripada yang semula ia pikirkan. Ia melihat keluar
melalui jendela kereta dan mulai kagum akan kekuatan matahari yang panasnya
dapat menyusup masuk melalui badan kereta yang tebal itu. "Saya ingin
menjadi matahari," katanya.
Sekali lagi keinginannya dikabulkan.
Ia menjadi matahari.
Akan tetapi pada musim hujan, sang
matahari itu berusaha untuk menerobos segumpal awan, namun tidak berhasil. Maka
ia mengubah diri menjadi awan dan berjaya dalam kekuatannya menahan matahari
--- sampai ia berubah menjadi hujan dan berjumpa dengan karang yang menutup
jalannya sehingga ia harus mengalir berputar mengelilingi karang itu. Ia
terheran-heran. "Apa ini?" serunya. "Karang lebih kuat daripada
saya? Kalau begitu saya ingin menjadi karang."
Demikianlah terjadi, ia berdiri
tegak menjulang di lereng gunung. Tetapi ia hampir tidak mempunyai kesempatan
untuk bergembira sebagai karang. Ia mendengar suara memecah yang aneh yang
berasal dari kakinya. Ia melihat ke bawah dan menjadi kecewa karena ia melihat
seorang manusia kecil duduk di
sana dan sedang bekerja menatah bongkah-bongkah batu dari kakinya.
"Apa ini?" teriaknya. "Makhluk
kecil seperti itu lebih kuat daripada karang perkasa seperti saya?
"Saya ingin menjadi
manusia!"
Demikianlah sekali lagi ia menjadi
seorang penatah batu, mencari nafkah dengan susah payah dan bekerja dengan hati
penuh senandung karena ia bahagia menjadi penatah batu seperti dulu dan hidup
dengan apa yang ia miliki.
pelajaran : Bersyukurlah atas apa
yang sudah Tuhan Berikan, sesab Tuhan memberikan semua yang terbaik untuk kita
Roma 8 : 28 "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar